Ditengah terik matahari pada
siang itu seorang pemuda keluar dari sebuah kampus baru saja selesai kuliah. Ia
bergegas menuju warung makan sederhana di sebrang jalan kampus untuk segera
makan siang, karena sebentar lagi ada praktikum mata kuliah lain di Fakultas
lain yang letaknya agak jauh dari fakultasnya kuliah. Sudah biasanya ia makan
di warung yang akan ditujunya itu karena harganya yang pas dan terjangkau
kantong mahasiswa. Sudah
terbayang olehnya nikmat makan siang itu meski dengan
lauk yang sederhana saat tiba-tiba seorang nenek menghadang jalannya.
"Nak, bisa minta tolong!,"kata nenek tersebut. "Iya nek, apa
yang dapat saya bantu?" katanya. Dilihatnya memang kondisi nenek itu
sangat membuat iba, badannya kurus, pakaiannya lusuh dan nampak sedang
kebingungan.
"Begini nak, nenek sedang
bingung mau pulang gak tau bagaimana caranya," kata nenek. "Rumah
nenek dimana?", sahut sang pemuda. "Rumah nenek di Semarang, nenek
sampai di Jogja karena dibawa sama anak saya yang sekarang gak tahu kemana
dia," jawab nenek. "Sungguh tega anak yang telah meninggalkan nenek
ini, "pikirnya. "Apakah nenek punya sanak atau saudara atau kenalan
di Jogja?" tanya pemuda itu kemudian. "Tidak," jawab nenek.
Pemuda itu diam dan berpikir sejenak,bagaimana cara menolong nenek itu.
"Kalau saya antar pulang juga tidak mungkin karena waktu saya yang
sempit", pikir pemuda itu. "Kalau sudah sampai di Semarang saya tau
dan hafal untuk sampai ke rumah, tapi kalau di sini saya gak tau, " kata
nenek itu. "Tolong tunjukkan ke nenek, harus naik bis yang mana supaya
sampai di Semarang," kata nenek itu lagi. "Satu lagi kalau boleh
nenek minta tolong, nenek tidak dibawain uang oleh anak saya, bolehkan saya
minta sedikit ongkos untuk sampai Semarang saja?" Kata nenek selanjutnya.
Sang pemuda terdiam sejenak. "Kalau uang saya yang hanya10.000 rupiah ini
saya berikan, berarti saya tidak makan siang, dan tidak tidak bisa pulang naik
bis habis praktikum nanti," pikirnya. Melihat nenek yang membutuhkan
pertolongan, akhirnya ia putuskan. "Begini nek, saya cuma punya uang
segini, mudah-mudahan cukup", katanya sambil memberikan uang 10.000an yang
ia punya. Ia berpikir untuk pulang nanti
bisa pinjam temannya. Nenek itu kemudian diberi tahu agar naik bis kota
jalur 2 untuk sampai di terminal Jogja, kemudian dari terminal naik bis jurusan
Semarang. Nenek itupun rupanya paham dan kemudian mengucapkan terima kasih kepada pemuda tersebut karena telah bantu.
Dengan perasaan lega, telah bisa
sedikit menolong orang lain yang memerlukan, sang pemuda kemudian melangkah
pergi.Hari ini sang pemuda telah diuji oleh Allah, ujian tentang keikhlasan,
dan ia telah melaluinya dengan baik.
Akhirnya pemuda tersebut berbelok
arah yang sedianya akan ke warung makan, langsung menuju ke tempat praktikum.
Setelah sholat Dhuhur sejenak di mushola dekat laboratorium, kemudian
praktikumpun dimulai.
Sekitar jam 4 sore, praktikum
telah selesai. Setelah sholat Asyar di mushola, sang pemuda bersama seorang
temannya berjalan menuju halte bis yang tak jauh dari gedung laboratorium
tempat ia praktik. Sampai di halte rupanya telah sepi, mereka duduk menunggu
bis untuk pulang. Lama bis yang mereka tunggu tidak datang juga, padahal
mendung sudah menggelayut pertanda sebentar lagi hujan. Sambil duduk di halte
ia coba buka dan baca buku untuk menghilangkan jenuh. Tak berselang lama
terdengar ada seseorang yang berbicara dengan temannya. "Mas, bisa nenek
minta tolong?", nenek mau pulang tidak punya ongkos," kata seseorang
tersebut kepada teman yang duduk di sampingnya. Belum lagi ada jawaban dari
temannya, seseorang itu berkata lagi," Rumah nenek di Solo, tadinya ke
sini dibawa anak saya dan sekarang ditinggalkan. Nenek gak punya ongkos
pulang,"kata orang itu. Sontak sang pemuda kaget, sepertinya ia mengenali
suara itu. Dan alangkah terkejutnya lagi ketika ditolehnya ke samping, dilihat wajah seseorang yang berbicara,
ternyata adalah seorang nenek yang siang tadi ia tolong. Serasa ingin marah
ketika dia melihat seseorang yang siang tadi ditolongnya ternyata seorang
penipu yang berjual iba berpura-pura jadi orang tersesat dan terbuang. Namun
demikian kemarahannya dapat ia tahan.
"Jokteng-jokteng"
tiba-tiba terdengar teriak kernet bis kota jalur 1 yang ditunggu mereka untuk
pulang. Tanpa pikir panjang, dia tarik temannya untuk segera naik.
"Sebentar, nenek ini perlu bantuan....",kata temannya. "Udah
biar saja," kata sang pemuda sambil menarik dia naik ke dalam bis.
Dalam bis sang pemuda hanya
berfikir atas kejadian hari itu. "Inikah ujian terhadap
keikhlasanku?" fikirnya."Haruskah keikhlasan menolong orang yang tadi
siang ada, sore ini sirna hanya karena mengetahui orang tersebut
penipu?".Berkali-kali sang pemuda kemudian istighfar, hari ini ia
menemukan suatu pelajaran yaitu makna ikhlas. Ya tentang ujian bagi keikhlasan.
"Keikhlasan berarti tidak pernah berharap apapun, keikhlasan tidak mengenal pandang bulu,
kepada siapapun, apapun yang telah kita berikan harus dilandasi rasa ikhlas.
Segala perbuatan baik semata- mata karena Allah, itulah yang disebut dengan
ikhlas," fikirnya dalam hati.
Itulah sepenggal pengalaman yang
mengajarkan tentang keikhlasan. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
"Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang- orang yang
kafir." (al-Baqarah [2]: 264)
Ditulis oleh: Annisa Fatma Palupi, dari pengalaman nyata
orang terdekat pada beberapa tahun lalu.
No comments:
Post a Comment