Sudah 67 tahun Indonesia merdeka. Berarti kita secara formal paling
tidak sudah 67 kali memperingati Hari Pahlawan. Namun, apakah dengan peringatan
sebanyak itu jiwa kita bisa secara otomatis tertanam semangat kepahlawanan
seperti para pejuang di masa lalu? Tidak dipungkiri, begitu banyak di antara
kita yang belum atau bahkan tidak paham dengan arti pahlawan atau kepahlawanan. Sebagian masyarakat kita acuh tak acuh, yang penting dalam pikiran mereka dapat
sekolah, bekerja dan terpenuhi kebutuhan hidupnya, itu sudah cukup.
Saat ini terasa,
mutu peringatan hari pahlawan menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna Hari Pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat hanya seremonial saja.
mutu peringatan hari pahlawan menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna Hari Pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat hanya seremonial saja.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para
pahlawannya.” Oleh karenanya jiwa kepahlawanan para pahlawan sepantasnya
memberi inspirasi dalam mengisi kemerdekaan ini. Bukannya malah semakin memudar
tergilas oleh zaman. Sebagai contoh yang akhir-akhir ini sering terjadi adalah
adanya tawuran antar pelajar dan bahkan mahasiswa, berbagai tindakan kriminal,
penggunaan dan pengedaran narkoba yang marak dilakukan tak jarang melibatkan
generasi muda calon penerus bangsa ini.
Akan jadi apa negara ini, jika hal ini terus berlangsung
terjadi.
Presiden SBY, dalam majalah mingguan Time edisi 10 Oktober
2005 bertajuk The Making of A Hero, mengatakan bahwa pahlawan adalah orang
(biasa) yang tidak egois dan berbuat sesuatu yang luar biasa”.
Artinya, siapa saja bisa menjadi pahlawan bagi bangsa ini dengan segala
persoalan yang ada.
Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan
untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan
meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing- masing. Kita bertanya pada diri
sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam
bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas
dan wajar. Itulah pahlawan sekarang.
Meminjam pesan dari presiden pertama Republik Indonesia,
Soekarno, “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan
takut untuk berbuat suatu kebaikan,maka jaminan bagi orang tersebut adalah
tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.”
Artinya bahwa kemajuan hanya dapat kita raih dengan jerih payah dengan daya
upaya untuk berbuat sesuatu kebaikan demi kemajuan diri kita, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan adalah
bagian dari langkah menuju kemajuan.
Secara tidak resmi, kita mengenal sebutan pahlawan yang
diberikan untuk mencerminkan perjuangan, pengabdian, semangat dan kemenangan.
Contohnya, olahragawan yang mengharumkan nama Indonesia di pertandingan dunia
dikatakan sebagai pahlawan olahraga. Para siswa siswi yang mengangkat nama
negara melalui kompetisi tingkat internasional juga pahlawan di bidangnya. Para
guru yang mendidik kita disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Jadi, kita teruskan
berjuang dan penuhi hari-hari dengan semangat. Jadilah yang terbaik di bidang
yang kita tekuni.
Jadikan Peringatan Hari Pahlawan sebagai momen penting untuk
seluruh rakyat Indonesia mendapat esensi peringatan tersebut. Apa itu? Semangat
revolusioner, semangat berjuang, semangat berkorban, dan berkarya bagi bangsa
dan negara. Itulah esensi. Itulah nilai moral yang harus ditanamkan terutama
kepada generasi muda calon penerus bangsa.
"Selamat Hari Pahlawan 10November 2012"
"Merdeka!".
Ditulis oleh Annisa Fatma Palupi dirangkai dari beberapa
sumber.
No comments:
Post a Comment