Gara-gara Tali Kulot
Pada cerita sebelumnya yang bikin ketawa sekaligus bikin malu Mbah Iman dan Mbah Ponidi, kali ini giliran Mbah Karyo yang bercerita kepada penulis. Beberapa hari sebelum kejadian, mBah Karyo sudah jatuh sakit, bahkan kedua teman akrabnya itu sudah mejenguknya ke rumah. Pagi itu, hari Minggu sekitar jam 7 pagi Mbah Karyo sudah merasa sehat dan bersiap-siap ke sawah. Dengan menenteng ember dan
menggendong handspayer, dinaikinya sepeda ontelnya dan digenjotnya pelan-pelan. Kurang lebih baru seperempat jalan, tiba-tiba perutnya terasa sakit. Buru-buru digenjot sepedanya lebih kencang menuju sungai tepi kampung. Sampai di tepi sungai, buru-buru distandarkan sepedanya, diturunkannya sprayer dari gendongan, dengan embernya ia ambil air sungai. Selanjutnya ia cari tempat untuk bisa buang hajat. Kebetulan di dekat situ ada tempat yang memang biasa dipakai nangring untuk buang hajat oleh penduduk sekitarnya, karena saat itu sebagian besar penduduk kampung masih belum punya WC ataupun jamban di rumahnya. Sampai di tempat yang ia tuju, segera ia taruh ember berisi air yang rencananya untuk bebersih selesai buang hajat. Kemudian sambil berdiri ia mulai mencoba melepas celana kulotnya. Karena terburu-buru, sakit perutnya sudah tidak tahan, semakin sulit ia melepas tali kulot yang ia pakai. (Kebetulan ia pakai kulot bertali, bukan berkolor karet atau elastis). Semakin diburu-buru semakin sulit ia melepas tali kulotnya yang ia ikat dengan simpul mati. "Waduh, sudah nggak tahan nih!, Mana tali simpul mati lagi" pikirnya. Karena sudah tidak bisa nahan lagi, dan kulot belum berhasil dilepasnya, maka......tiba-tiba.,.. Bret tet tet tet..... Keluar semua isi perutnya di celana. Kebetulan dari arah seberang kali nampak Mbah Iman naik sepeda yang rupanya juga mau menuju ke sawahnya. Karena malu jika sampai ketahuan Mbah Iman bahwa ia berak di celana, maka iapun melompat terjun ke kali. Byuur..... . Rupanya Mbah Iman melihat Mbah Karyo jatuh ke kali. Buru-buru ia menuju ke arah Mbah Karyo, kemudian sepeda ia sandarkan dan iapun terjun ke kali yang cukup dalam tersebut. Byuur... Ia pegangin bahu Mbah Karyo seraya berkata,"Yo, kalau masih sakit dirumah saja!, jangan keluyuran dulu, ngapain juga kamu ke sungai!, jadi kecebur kan!!" Seru Mbah Iman sambil menarik Mbah Karyo ke tepi. "Sudah Man, saya bisa naik sendiri kog," jawabnya. Tapi karena Mbah Iman mengira Karyo masih sakit, maka tetap ditarik tubuh Mbah Karyo sampai di atas sebuah batu besar dipinggir kali. "Waduh, kamu berak ya Yo? Tuh pada keluar dari sela celanamu!, teriak Mbah Iman sambil menutup hidung dan sedikit menjauh. "Iya Man, saya tuh sudah sehat, hanya karena kebelet, buru-buru.. dan ikatan kulot saya gak bisa dibuka..., Ya akhirnya keluar di celana lah" kata Mbah Karyo. " Karena malu ketahuan, ya saya nyebur ke kali Man. Eee... malah kamu tolong!!, sambungnya lagi. " O..alah Yo.. Karyo, makanya kalau ngiket tali kulot, jangan simpul mati Yo,.. Karyo." Seru Mbah Iman sambil menjauh dari Mbah Karyo. "Ono Ono wae lelakon, bikin malu aja" seru Mbah Karyo mengakhiri cerita nya kepada penulis. (AF.Upik).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment