Misteri Hilangnya Sepeda Mbah Iman
Seperti
hari biasanya, setiap pagi Mbah Iman pergi
ke sawah. Hari itu kira- kira baru jam 6 pagi, cuaca agak mendung sehingga
berangkat ke sawah dengan keraguan, jangan-jangan sampai di sana hujan turun.
Tetapi karena pertanaman sudah saatnya di pupuk, Mbah Iman berangkat juga pagi
itu. Karung pupuk diikat di bagian boncengan sepeda onthelnya dan sebuah ember
plastik digantungkan di stang sebelah kanan lalu digenjotlah sepeda itu menuju ke
sawah yang jauhnya kurang lebih 2,5 km dari rumahnya.
Akhirnya
sampailah Mbah Iman di sawah yang ia tuju. Setelah ember dan karung pupuk ia
turunkan, sepeda kemudian ia standarkan di tepi saluran air di pinggir jalan
kampung. Dipanggulnya pupuk dan ditentengnya ember menuju sawahnya melewati
pematang yang
cukup lebar untuk jalan kaki. Sampai di petakan sawahnya, mulailah Mbah Iman menaburkan pupuk urea mulai dari pertanaman bagian tepi.
cukup lebar untuk jalan kaki. Sampai di petakan sawahnya, mulailah Mbah Iman menaburkan pupuk urea mulai dari pertanaman bagian tepi.
Satu
jam sudah Mbah Iman menabur pupuk, tetapi baru selesai setengah petak sawahnya,
tiba-tiba hujan mulai turun. Karena dirasa semakin deras, diputuskannya untuk
menyudahi pekerjaannya dan berniat akan pulang saja. Dipanggulnya karung berisi
sisa pupuk dan sedikit berlari menuju tempat ia menaruh sepeda onthelnya.
Namun
alangkah terkejutnya ia ketika sampai ditempat menaruh sepedanya tadi ternyata
ia tidak melihat sepedanya. Dari tempat
tersebut nampak di kejauhan ada orang yang tidak dikenalnya yang menaiki sepeda
sambil buru buru. "Itu sepertinya sepedaku!!, Mau dibawa kemana??".
pikir Mbah Iman. Secara spontan Mbah Iman berteriak kencang sambil mengejar
orang bersepeda itu," Maling... Maling... maliing". Tentu saja
teriakan Mbah Iman membuat terkejut banyak orang yg sama-sama ada di sawah
sekitarnya. Mereka juga turut berlari mengejar. Tetapi karena terlalu jauh
jaraknya, orang bersepeda tadi sudah tidak terkejar juga. Akhirnya Mbah Iman
dan teman-teman sesama petani menyerah. Sambil ngos-ngosan Mbah Iman duduk
dipinggir jalan dan menceritakan bahwa sepedanya sudah dibawa kabur sama
pencuri yang tadi dikejarnya. Pada jaman itu memang sepeda masih merupakan barang
istimewa dan dianggap mahal karena masih sedikit yang punya, dan saat itu belum ada motor seperti
sekarang.
"Sudahlah,
sepertinya sudah jauh dan gak akan kekejar lagi," kata Mbah Iman. Mereka kemudian sama-sama berjalan menuju
tempat Mbah Iman menaruh sepeda. Tiba-tiba Mbah Karyo yang turun ke saluran air
untuk cuci kaki menginjak sesuatu dan berteriak," Lha ini sepeda siapa
Man!!!". Ternyata dalam saluran air ada sepeda yg dalan pisisi roboh
sehingga tidak terlihat. Sambil berdiri dan dan dinaikkan dari saluran, Mbah
Karyo bilang, "Untung orang yang kita kejar tadi tidak ketangkep dan kita
gebugin bersama!!, Bisa ruyem urusannya Man Man!". " Waduh, lain kali
dicek dulu Man kira-kira sepedanya jatuh nggak ke kali!, seru Mbak Ponidi yang
diikuti tawa dari teman-teman petani yang lainnya. Ha ha ha..... ."Kok ono-ono
wae lelakone ki....", begitu akhir cerita Mbah Iman kepada penulis.
(Af.Upik).
No comments:
Post a Comment